Selawat yang Diiringi Nyanyian Majelis Syubbanul Muslimin (Studi Living Hadis)

Authors

  • Makhrus UIN KH Ahmad Shiddiq Jember
  • Devi Zulia Ilmawati UIN KH Ahmad Shiddiq Jember

DOI:

https://doi.org/10.35719/amn.v7i1.6

Keywords:

Selawat, Majelis Syubbanul Muslimin, Living Hadis, Tindakan Sosial, Konstruksi Sosial

Abstract

Terdapat keunikan dalam kegiatan selawat majelis Syubbanul Muslimin, mereka berselawat dengan diiringi syair lagu zaman sekarang dengan motivasi untuk membumikan selawat di kalangan pemuda. Menyikapi hal tersebut da kalangan yang langsung menerima dan ada juga yang menyebutnya bid’ah.  Fokus penelitian ini adalah: Latar belakang berdirinya majelis Syubbanul Muslimin dan Konstrusi sosial  majelis Syubbanul Muslimin tentang selawat yang diiringi nyanyian. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian lapangan, dengan pendekatan kualitatif. Hasil penilitian ini adalah: 1) Latar belakang berdirinya majelis Syubbanul Muslimin bila diteliti menggunakan teori Max Weber ialah termasuk kedalam 4 tipe. Pertama, tindakan rasional instrumental (zweck rational) yaitu tindakan gus Hafid Hakim Noer dalam berdakwah, beliau menggunakan selawat yang diiringi nyanyian agar para pemuda tertarik mengikuti selawatan. Kedua, tindakan rasional nilai (werk rational) yaitu selawat Syubbanul Muslimin dilakukan untuk selalu memuji Rasulullah SAW dan mengharap syafaat dari beliau. Ketiga, tindakan afektif (affectual action) yaitu kegiatan selawat Syubbanul Muslimin dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dimana beliau sangat berperan dalam membawa syiar agama Islam. Keempat,tindakan tradisional (traditional action) yaitu selawat Syubbanul Muslimin bisa dikatakan tradisi, hal ini bisa dilihat ketika masyarakat sering mengundang majelis Syubbanul Muslimin untuk mengisi selawatan di acara tertentu. 2) Konstrusi sosial  selawat yang diiringi nyanyian majelis Syubbanul Muslimin ialah: a) eksternalisasi yaitu pemahaman gus Hafid Hakim Noer yang didapat dari pesantren tentang metode dakwah, dakwah wali songo dan hadis Nabi tentang Nyanyian yang kemudian didukung dengan faktor lingkungan bahwa kalangan pemuda suka menyanyi, lalu beliau menuangkan sebuah ide untuk mencapai dakwah tersebut dengan melakukan kegiatan selawatan yang diiringi nyanyian. b) objektivasi yaitu terdapat pro-kontra tentang selawat yang diiringi nyanyian. Masyarakat menerima serta mendukung dakwah tersebut, meskipun sebagian ada yang berpendapat bid’âh, namun mereka mengambil hukum bid’âh hasanah. sehingga dakwah selawat yang diiringi nyanyian diterima disemua kalangan. c) internalisasi selawat yang diiringi nyayian terbagi menjadi 3 yaitu:  Pertama, selawat sebagai syariat ialah masyarakat berpedoman pada surah al-Ahzab ayat 56. Kedua, selawat sebagai dakwah milenial ialah ketika selawat Syubbanul Muslimin mulai populer di media sosial. Ketiga, sebagai budayaa atau tradisi masyarakat ialah ketika selawatan menjadi rutinitas atau kebiasaan masyarakat ketika mengadakan selametan atau acara tertentu.

[There is a uniqueness in the Syubbanul Muslimin assembly's salawat activities, they are sung to the accompaniment of today's song lyrics with the motivation to ground selawat among youth. In response to this, there are those who immediately accept it and there are also those who call it heresy. The focus of this research is: The background of the establishment of the Syubbanul Muslimin assembly and the social construction of the Syubbanul Muslimin assembly about selawat accompanied by singing. The research method used is a field study, with a qualitative approach. The results of this research are: 1) The background of the establishment of the Syubbanul Muslimin assembly when examined using Max Weber's theory is included in 4 types. First, the instrumental rational action (zweck rational), namely the action of gus Hafid Hakim Noer in preaching, he uses selawat accompanied by singing so that young people are interested in joining selawatan. Second, the rational action of values ​​(werk rational), namely salawat Syubbanul Muslimin is carried out to always praise the Prophet Muhammad and expect intercession from him. Third, affective action, namely the Syubbanul Muslimin prayer activities carried out to foster love for the Prophet Muhammad SAW where he was very instrumental in bringing the symbols of Islam. Fourth, the traditional action, namely Syubbanul Muslimin prayer can be said to be a tradition, this can be seen when people often invite the Syubbanul Muslimin assembly to fill selawatan at certain events. 2) The social construction of selawat accompanied by the singing of the Syubbanul Muslimin assembly are: a) externalization, namely the understanding of Gus Hafid Hakim Noer obtained from the pesantren about the method of da'wah, wali songo da'wah and the Prophet's hadith about singing which is then supported by environmental factors that young people like to sing then he poured an idea to achieve the da'wah by carrying out selawatan activities accompanied by singing. b) objectivation, namely there are pros and cons about selawat accompanied by singing. The community accepts and supports the da'wah, although some are of the opinion that it is bid'âh, but they take the law of bid'âh hasanah. so that preaching salawat accompanied by singing is accepted in all circles. c) the internalization of selawat accompanied by singing is divided into 3, namely: First, selawat as sharia is that people are guided by surah al-Ahzab verse 56. Second, selawat as millennial da'wah is when Syubbanul Muslimin salawat becomes popular on social media. Third, as a culture or community tradition, when selawatan becomes a routine or habit of the community when holding a salvation or certain event.]

Downloads

Download data is not yet available.

References

Berger, Petter L, dan Luckman, Thomas. 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang sosiologi pengetahuan. Jakarta : LP3ES.

-----, Thomas. 1991. Langit Suci (Agama sebagai realitas Sosial). Jakarta: LP3ES.

Isa,Muhammad bin.1998. Sunan al-Tirmidzi. Bairut: Dar al-Gharbul Islami.

M. Polomo, Margaret. 2010. Sosiologi Kontemporer.Jakarta: Rajawali Press.

Manuaba, Putera. 2008. “Memahami Teori Konstruksi Sosial”.Jurnal masyarakat, kebudayaan dan politik, Th. XXI. 3.

Ritzer, George. 2012 Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Suryadilaga,M. Alfatih. 2007. “Model-model Living Hadis” dalam Syahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Teras.

Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.

Wirawan, I.B. 2017. Teori-teori Sosial dalam tiga paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup.

Downloads

Published

2021-11-04

How to Cite

Makhrus, & Ilmawati, D. Z. (2021). Selawat yang Diiringi Nyanyian Majelis Syubbanul Muslimin (Studi Living Hadis). Al-Manar: Jurnal Kajian Alquran Dan Hadis, 7(1), 69–90. https://doi.org/10.35719/amn.v7i1.6

Issue

Section

Articles