https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/issue/feed Al-Manar: Jurnal Kajian Alquran dan Hadis 2025-07-08T11:04:01+07:00 Mohammad Barmawi almanar@uinkhas.ac.id Open Journal Systems <table width="611"> <tbody> <tr> <td>Journal Title</td> <td>:<strong> Al-Manar: Jurnal Kajian Alquran dan Hadis</strong></td> </tr> <tr> <td>ISSN</td> <td>: <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2580-2577" target="_blank" rel="noopener">2580-2577</a> (online) | <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2477-6017/?language=fr" target="_blank" rel="noopener">2477-6017</a> (print)</td> </tr> <tr> <td>DOI Prefix</td> <td>: 10.35719 by <a href="https://www.crossref.org/">Crossref</a></td> </tr> <tr> <td>Publisher</td> <td>: Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH)<br /> Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq Jember</td> </tr> <tr> <td>Frequency</td> <td>: 2 issues per year</td> </tr> <tr> <td>Citation Analysis</td> <td>: <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&amp;user=XXmbGnwAAAAJ&amp;view_op=list_works&amp;gmla=AJsN-F6xijlmiySulv_S2BdMth-PVcZ5B7YTiRduxn2V3BaA3P_p9UwCmoItpNtKEApp7lDYB0DWytrwUrYSexM2pW9tnYPRg9YsqFybcWq5TIZeoaT_GWw" target="_blank" rel="noopener"><strong>Google Scholar</strong></a><strong> | <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/30269" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a> | <a href="https://app.dimensions.ai/discover/publication?search_mode=content&amp;or_facet_source_title=jour.1456531" target="_blank" rel="noopener">Dimensions</a> | <a href="https://journals.indexcopernicus.com/search/details?id=126675" target="_blank" rel="noopener">Index Copernicus</a></strong></td> </tr> </tbody> </table> <p> </p> https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/article/view/151 Distorsi Penafsiran Ayat Ahkam: Studi Kasus Ajaran Hakekok Balakasuta di Pandeglang 2025-06-02T23:05:07+07:00 Nida Roudhotul Hikmah nidaroudhotul@gmail.com <p><em>This research is motivated by the emergence of the "Hakekok Balakasuta" sect in Pandeglang Regency which in its teachings teaches that in practice worship is not as practiced by Muslim communities in general. Because some of the teachings in the practice of worship that are carried out have distorted interpretations. Starting from the addition of an editorial on the sentence of the creed, then the practice of praying which is generally required to be done 5 times a day, this teaching is not required.This research uses the type of research study of the Living Qur'an which is descriptive and qualitative. Through qualitative research with direct observation, interviews, and documentation in Karangbolong Village which became the primary data. The secondary data is sourced from books, journals, commentaries, and literature by following the discussion in this study.This study aims to determine the form of distortion of the interpretation of the ahkam verse in the Hakekok Balakasuta teachings. Such as distortion in the practice of purification, prayer, zakat, and fasting which according to the practice of this teaching is interpreted as praying is not obligatory 5 times, fasting is not by Islamic teachings and the ritual of bathing with the opposite sex as a form of self-purification. While the factors that cause it are due to economic factors, education, and lack of public awareness.</em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Hakekok Balakasuta, Interpretation distortion, Islamic Teachings</em></p> 2025-06-17T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 nida nida https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/article/view/149 The Metaverse dan Tantangan Spiritual: Perspektif Tadabur Al-Qur’an terhadap Nilai Moral dalam Dunia Virtual 2025-06-02T23:17:52+07:00 Ma'ruf Wahyu Kawiriyan m.wahyu_kawiriyan@mhs.iiq.ac.id Ade Nailul Huda adenaelulhuda@iiq.ac.id Samsul Ariyadi samsulariyadi@iiq.ac.id <p>Penelitian ini mengeksplorasi harmonisasi antara dunia metaverse dan nilai-nilai Qur'ani melalui pendekatan tadabur Al-Qur'an, mengingat revolusi teknologi virtual telah membuka dimensi baru dalam aktivitas manusia. Meskipun secara fisik terbatas pada satu ruangan, teknologi imersif metaverse memungkinkan penggunanya untuk menjalani kehidupan virtual yang komprehensif, mulai dari bekerja, bersosialisasi, bermain game, menjalankan bisnis, hingga mewujudkan aspirasi yang sulit dicapai dalam realitas kehidupan dunia nyata. Realisme lingkungan virtual yang semakin canggih ini menciptakan tantangan tersendiri dalam membedakan batas antara dunia nyata dan dunia virtual, memunculkan urgensi untuk mengintegrasikan nilai-nilai Qur'ani sebagai panduan agar umat manusia tidak terjerumus dalam ilusi virtual. Melalui studi pustaka dengan pendekatan tadabur Al-Qur'an yang komprehensif terhadap ayat-ayat tentang angan-angan, penelitian ini mengidentifikasi enam nilai fundamental yang dapat diimplementasikan dalam interaksi dengan dunia metaverse diantaranya penghindaran fanatisme tanpa landasan ilmu, penggunaan ajaran Islam sebagai parameter kebenaran, penghindaran perbuatan keji dan mungkar, kewaspadaan terhadap kesenangan duniawi, pencarian rezeki melalui jalur halal, serta komitmen terhadap kejujuran dalam setiap aktivitas virtual. Nilai-nilai ini membentuk kerangka etis yang komprehensif untuk memastikan penggunaan teknologi dalam metaverse tetap sejalan dengan prinsip-prinsip spiritual dan moral Islam.</p> 2025-06-17T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Ma'ruf Wahyu Kawiriyan, Ade Nailul Huda, Samsul Ariyadi https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/article/view/122 Analisis Akulturasi Budaya dan Agama pada Mujahadah Sinar Surya: Kajian Living Qur'an dan Hadis 2025-05-12T12:26:52+07:00 Masayu Mutia Umar 23104010030@student.uin-suka.ac.id Dewi Sholihatun 23104010060@student.uin-suka.ac.id Muchlisatun Nisa 23104010113@student.uin-suka.ac.id Dani Daffa Priyolaksono 23104010050@student.uin-suka.ac.id <p>Pada umumnya, mujahadah identik dengan nuansa Islam. Namun, Mujahadah Sinar Surya justru identik dengan unsur budaya Jawa. Ini disebabkan karena adanya akulturasi budaya dan agama yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk akulturasi budaya dan agama dalam pelaksanaan Mujahadah Sinar Surya oleh Majelis Sekaran Jati, Demak, dan bagaimana hal ini dilihat dari perspektif living Al Qur’an dan hadis. Pendekatan sosio-antropologi digunakan untuk mengkaji aspek sosial dan aspek budaya dalam penelitian ini. Penelitian menggunakan metode kualitatif yang bersifat dekriptif analisis untuk mendeskripsikan fenomena serta menginterpretasikan hasil data penelitian. Teknik observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer dan dokumentasi sebagai data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Mujahadah Sinar Surya tidak hanya mencerminkan ajaran Islam, tetapi juga melibatkan nilai-nilai budaya lokal. Unsur akulturasi terlihat pada simbol-simbol budaya Jawa seperti logo berbentuk wayang gunungan, penanggalan Jawa untuk jadwal kegiatan, serta pakaian jamaah berupa batik dan blangkon. Hal ini menjadi bukti bahwa agama Islam dapat beradaptasi dengan budaya lokal tanpa meninggalkan esensi ajarannya. Studi ini berkontribusi dalam memahami integrasi agama dan budaya sebagai identitas lokal yang harmonis.</p> 2025-06-18T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Masayu Mutia Umar, Dewi Sholihatun, Muchlisatun Nisa, Dani Daffa Priyolaksono https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/article/view/145 Mengurai Makna Ta'awun pada Tradisi Jimpitan dalam Mengentas Kemiskinan; Studi Living al-Qur’an 2025-05-26T15:55:11+07:00 Mohamad Barmawi albarmawi1983@gmail.com Faisol Nasar bin Madi binmadi007@gmail.com H. Abdullah abdullahsa1976@gmail.com Kurniawan Ramadhani. dhanisantoso333@gmail.com <p><em>Al-Ta’awun</em> dengan makna tolong menolong menjadi istilah penting dalam membangun kehidupan ideal bermasyarakat, terlebih manusia adalah makhluk sosial yang antar individu saling membutuhkan. Namun demikian, istilah agama menuntut untuk bisa diterjemahkan dengan bahasa sederhana dan dapat diterima oleh semua kalangan, sekaligus terealisasi dalam kehidupan nyata. Sedangkan jimpitan, merupakan istilah sederhana dalam memaknai al-ta’awun. Kemunculan istilah tersebut terinspirasi dari sebuah kondisi masyarakat yang membutuhkan dorongan untuk disadarkan terbukanya sikap saling memahami, mengerti, khususnya dalam membangun kehidupan layak antar masing-masing warga.</p> <p>Karya ini berusaha mengungkap pemaknaan ta’awun dalam praktek jimpitan sebagai bahasa penyederhanaan, dan juga berusaha mengurai pemaknaan tokoh masyaraankat pada ayat-ayat ta’awun, sebagai bentuk kontekstualisasi ayat pada praktek tolong menolong. Metode dan pendekatan yang digukan ialah living Qur’an.</p> <p>Penelitian ini berhasil menyimpulkan, bahwa jimpitan adalah bentuk kontekstualisasi atas ayat-ayat ta’awun, dengan bentuk praktek menumbuhkan kesadaran pentingnya bersedekah, dan memungut sedekah masyarakat dalam bentuk apapun, seperti uang, beras, padi, atau apapun yang bernilai ekonomis</p> 2025-06-18T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Kurniawan Ramadhani. M.E Dhani https://almanar.uinkhas.ac.id/index.php/al-manar/article/view/170 Lā Yahjura: Pencegahan Phubbing terhadap Keharmonisan Keluarga di Era Digital 2025-06-15T21:49:46+07:00 Nadia Azkiya nadia_azkiya_uin@radenfatah.ac.id Muhajirin Muhajirin muhajirin_uin@radenfatah.ac.id Putri Ayu putri_ayu@radenfatah.ac.id <p>The advancement of digital technology has brought new challenges to social relationships, especially within families. One such phenomenon is phubbing—the act of ignoring one’s interlocutor due to excessive attention to smartphones or other digital devices. This behavior diminishes communication quality, weakens emotional bonds, and disrupts family harmony. This article proposes a preventive solution through Islamic values, particularly the concept of lā yahjura, found in the hadiths of Bukhari and Muslim. In these hadiths, the Prophet Muhammad (peace be upon him) prohibits Muslims from avoiding or ignoring one another for more than three days, emphasizing the importance of maintaining social ties. This concept is further supported by the CARE strategy (Conscious Awareness, Active Engagement, Responsible Usage, and Empathy Building) as a practical approach to reducing phubbing. By cultivating awareness, responsible use of technology, and empathy in daily interactions, families can rebuild warm and harmonious communication. This study demonstrates that integrating religious values with practical strategies offers a contextual solution to address relational challenges in the digital era.</p> 2025-06-18T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Nadia Azkiya, Muhajirin Muhajirin, Putri Ayu